Jumat, 13 Desember 2013

Penyadapan; harga diri dan kedaulatan


Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott menyatakan tak akan menghentikan penyadapan terhadap Indonesia. Menurut dia, Indonesia juga tidak bakal menghentikan aksi pengintaian intelijen terhadap Australia.

Apa tanggapan Istana? Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha tak banyak berkata. Ia mengatakan, pihaknya sibuk dengan banyaknya pekerjaan. Tidak hanya mengurus masalah dengan Australia.
"Kami punya banyak pekerjan lain, bukan hanya mengurus Australia," ujar Julian di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (9/12/2013).
Dia menjelaskan, sejauh ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa telah berdialog dengan Menlu Australia Julia Bishop. Hasil pembicaraan tersebut sudah dilaporkan ke Presiden SBY.
Lantas apa ada perubahan dari dialog antara Marty dan Julia? "Bahwa kemudian ada dinamika dan perkembangan lainnya, tentu Kementerian Luar Negeri kita yang berkomunikasi dengan kantor mereka di sana," kata Julian.
Yang jelas, lanjut dia, hingga kini sikap Indonesia belum banyak berubah. Sejumlah kerja sama yang dibekukan juga belum ada kelanjutan.
"Di pihak kita semua dijalankan sebagaimana arahan Presiden. Seperti diketahui, ada kerja sama strategis, khususnya di bidang keamanan dan information sharing. Itu yang kita bekukan sementara, termasuk di dalamnya kerja sama intelijen," tutur Julian.
Demikian pula dengan posisi Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema yang belum kembali ke posnya di Canberra. "Dubes kita tetap ada di sini sampai pada waktunya kita anggap tepat bisa kita normalisasiikan hubungan kita dengan Australia," tandas Julian.
Setelah bertemu Menlu RI Marty pada Kamis 5 Desember 2013, Menlu Australia Bishop mengungkapkan penyesalannya atas penyadapan yang sampai membuat Presiden SBY kecewa. Alih-alih menyatakan penyesalan yang sama, PM Abbott justru menegaskan, pihaknya tak bakal menghentikan penyadapan terhadap Indonesia.
Ditanya apakah Australia bakal menghentikan pengumpulan informasi intelijen terhadap Indonesia? Abbott menolaknya. "Tidak. Dan mereka (Indonesia) juga tentu tidak akan menghentikan penyadapan Australia," katanya, seperti dimuat News.com.au, 6 Desember 2013.
"Tapi kita adalah teman dekat. Hubungan kami sangat strategis. Tentu saya ingin Australia sebagai teman dekat yang dapat dipercaya Indonesia. Begitu juga sebaliknya," imbuh Abbott.(http://news.liputan6.com/read/769244/pm-australia-lanjutkan-penyadapan-apa-kata-istana)

Masalah penyadapan informasi memang menjadi trend permasalahan IT  tahun ini. Bahkan menurut para pakar IT, permasalahan penyadapan dan aktifitas "blusukan" para cracker akan semakin berkembang marak. ini tentunya berkaitan dengan beralihnya sebagian dari aktifitas manusia kedunia maya. Bahkan dalam sebuah artikel yang dimuat di www.chip.co.id, memaparkan bahwa aktifitas spionase alias mematamatai akan memunculkan trend baru yaitu tentara cyber bayaran. (http://chip.co.id/news/security/9331/tentara_bayaran_siber_muncul_karena_maraknya_aksi _spionase_digital),

Dalam beberapa tahun terakhir, para ahli Kaspersky Lab mengawasi kelompok-kelompok APT besar di seluruh dunia yang menyasar sejumlah besar perusahaan dari berbagai sektor. Mereka berdiam di jaringan yang telah diretas selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dan mencuri informasi apa pun yang bisa mereka dapatkan.
Namun, pendekatan seperti ini semakin sulit untuk tidak terdeteksi, dan menimbulkan risiko bagi keberhasilan mereka mendapatkan data. Itulah sebabnya muncul sebuah tren baru: kelompok kecil hit-and-run yang menyerang dengan presisi tinggi. Kelompok ini sepertinya sangat tahu apa yang mereka inginkan dari korban mereka.
Penyerang seperti ini muncul, mencuri apa yang mereka ingingkan lalu menghilang. Para ahli Kaspersky Lab menyebut kelompok ini “tentara bayaran siber”, yaitu sekelompok orang yang terorganisir melakukan kegiatan mata-mata siber atau sabotase siber sesuai permintaan, mengikuti perintah siapa pun yang membayar mereka.
Icefog, yang ditemukan pada musim gugur tahun ini (September – Desember), sepertinya menjadi contoh nyata kegiatan di atas, yaitu operasi APT yang mencari data tertentu. Mereka menggunakan analisis manual atas data yang disimpan di jaringan perusahaan dengan bantuan teknologi akses jarak jauh yang terintegrasi ke malware pada workstation yang terinfeksi.
Kemudian, para pelaku memilih dan mengkopi dokumen yang mereka inginkan. Analis Kaspersky Lab memperkirakan tren ini akan terus berkembang di masa depan, dan akan ada lebih banyak kelompok kecil tentara bayaran cyber yang bisa dikontrak untuk melakukan operasi hit-and-run.   
Pengungkapan insiden terkait pemerintah pada tahun ini bisa berujung pada semacam deglobalisasi dan keinginan yang lebih besar untuk menciptakan layanan global seperti layanan nasional. Poduk-produk software dan layanan nasional baru yang di produksi oleh produsen lokal bisa jadi tidak memiliki kualitas yang sama dengan produk dan layanan perusahaan besar berskala internasional.
Investigasi atas serangan siber memperlihatkan bahwa semakin kecil dan semakin sedikit pengalaman yang dimiliki oleh sebuah pengembang software, semakin banyak kerentanan yang akan ditemukan pada kode software mereka. Akibatnya, serangan tertarget menjadi lebih mudah dan lebih efektif.

Kembali pada permasalahan penyadapan pejabat negara Indonesia oleh Asutralia, seberapa berhargakah indonesia di mata Australia? atau Masihkah Asutralia menghargai Indonesia? Wallahu a'lam bisshawab.
Load disqus comments

0 komentar