Kamis, 28 Maret 2013

Hari Ini Pangeran Diponegoro Dijebak dan Ditangkap

OHari ini, 28 Maret 1830 atau 183 tahun yang lalu, Pangeran Diponegoro atau Dipanegara menemui panglima tertinggi Kerajaan Belanda di Indonesia, Jenderal de Kock di Magelang. Karena peperangan berlarut-larut, De Kock meminta Dipanegara berunding.
Dalam perundingan yang dijaga ketat pasukan Belanda, De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Dipanegara agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Dipanegara. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Dipanegara ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.
Kisah penangkapan Dipanegara ini memperlihatkan kelicikan Belanda yang sudah tidak sanggup lagi dengan peperangan panjang. Saat itu semua masyarakat di Pulau Jawa geram dengan sikap Belanda. Namun, keberpihakan keraton-keraton di Jawa yang malah mendukung Belanda, membuat perlawanan rakyat di Pulau Jawa terhenti setelah Dipanegara
ditangkap. Dipanegara adalah putra sulung Hamengkubuwono III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang garwa ampeyan (selir)
bernama RA Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non
permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Dipanegara bernama kecil Raden Mas Antawirya (Bahasa Jawa: Ontowiryo).
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Dipanegara
menolak keinginan ayahnya, Sultan hamengkubuwono III, untuk
mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah
permaisuri. Dipanegara mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden
Ayu Kedhaton, Raden Ayu Ratnaningsih, dan Raden Ayu Ratnaningrum.
Dipanegara lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat
sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut
putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton.
Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan
Hamengkubuwana V (1822) dimana Dipanegara menjadi salah satu
anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danureja bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Dipanegara.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di
tanah milik Dipanegara di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Sikap Dipanegara yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat
simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi,
pamannya, Dipanegara menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas
di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Dipanegara
menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan
menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan
Dipanegara membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu.
Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung
dengan pasukan Dipanegara di Goa Selarong.Perjuangan Pangeran
Dipanegara ini didukung oleh S.I.S.K.S. Pakubuwono VI dan Raden
Tumenggung Prawirodigdaya Bupati Gagatan. Selama perang ini kerugian
pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Dipanegara.
Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Dipanegara. Sampai akhirnya Dipanegara ditangkap pada 1830.
Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian orang Kraton
Yogyakarta Dipanegara dianggap pemberontak, sehingga konon anak
cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri
Sultan HB IX memberi amnesti bagi keturunan Dipanegara, dengan
mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Dipanegara kala itu. Kini anak cucu Dipanegara dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus Silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.

Sumber:www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/03/28/mkcka5-hari-ini-pangeran-diponegoro-dijebak-dan-ditangkap

Published with Blogger-droid v2.0.10
Load disqus comments

0 komentar