Senin, 25 April 2022

Membiasakan Cek dalam Menerima Informasi

Kajian Tafsir 

Al-Hujurat, ayat 6-8
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6) وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الأمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8) }

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan (kaum mukmin) untuk memeriksa dengan teliti berita dari orang fasik, dan hendaklah mereka bersikap hati-hati dalam menerimanya dan jangan menerimanya dengan begitu saja, yang akibatnya akan membalikkan kenyataan. Orang yang menerima dengan begitu saja berita darinya, berarti sama dengan mengikuti jejaknya. Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah melarang kaum mukmin mengikuti jalan orang-orang yang rusak.

Berangkat dari pengertian inilah ada sejumlah ulama yang melarang kita menerima berita (riwayat) dari orang yang tidak dikenal, karena barangkali dia adalah orang yang fasik. Tetapi sebagian ulama lainnya mau menerimanya dengan alasan bahwa kami hanya diperintahkan untuk meneliti kebenaran berita orang fasik, sedangkan orang yang tidak dikenal (majhul) masih belum terbukti kefasikannya karena dia tidak diketahui keadaannya.

Kami telah membahas masalah ini di dalam Kitabul Ilmi bagian dari Syarah Imam Bukhari (karya tulis penulis sendiri).

Banyak ulama tafsir yang menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Walid ibnu Uqbah ibnu Abu Mu'it ketika dia diutus oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam untuk memungut zakat orang-orang Banil Mustaliq. Hal ini telah diriwayatkan melalui berbagai jalur, dan yang terbaik ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya melalui riwayat pemimpin orang-orang Banil Mustaliq, yaitu Al-Haris ibnu Abu Dirar, orang tua Siti Juwariyah Ummul Mu’minin Radhiyallahu Anhu

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sabiq, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Dinar, telah menceritakan kepadaku ayahku, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris ibnu Abu Dirar Al-Khuza'i Radhiyallahu Anhu menceritakan hadis berikut: Aku datang menghadap kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Beliau menyeruku untuk masuk Islam, lalu aku masuk Islam dan menyatakan diri masuk Islam. Beliau Shalallahu'alaihi Wasallam menyeruku untuk zakat, dan aku terima seruan itu dengan penuh keyakinan. Aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku akan kembali kepada mereka dan akan kuseru mereka untuk masuk Islam dan menunaikan zakat. Maka barang siapa yang memenuhi seruanku, aku kumpulkan harta zakatnya; dan engkau, ya Rasulullah, tinggal mengirimkan utusanmu kepadaku sesudah waktu anu dan anu agar dia membawa harta zakat yang telah kukumpulkan kepadamu."

Setelah Al-Haris mengumpulkan zakat dari orang-orang yang memenuhi seruannya dan masa yang telah ia janjikan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah tiba untuk mengirimkan zakat kepadanya, ternyata utusan dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam belum juga tiba. Akhirnya Al-Haris mengira bahwa telah terjadi kemarahan Allah dan Rasul-Nya terhadap dirinya. Untuk itu Al-Haris mengumpulkan semua orang kaya kaumnya, lalu ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah menetapkan kepadaku waktu bagi pengiriman utusannya kepadaku untuk mengambil harta zakat yang ada padaku sekarang, padahal Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tidak pernah menyalahi janji, dan aku merasa telah terjadi suatu hal yang membuat Allah dan Rasul-Nya murka. Karena itu, marilah kita berangkat menghadap kepada Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam (untuk menyampaikan harta zakat kita sendiri)."

Bertepatan dengan itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengutus Al-Walid ibnu Uqbah kepada Al-Haris untuk mengambil harta zakat yang telah dikumpulkannya. Ketika Al-Walid sampai di tengah jalan, tiba-tiba hatinya gentar dan takut, lalu ia kembali kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan melapor kepadanya, "Hai Rasulullah, sesungguhnya Al-Haris tidak mau memberikan zakatnya kepadaku, dan dia akan membunuhku." Mendengar laporan itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam marah, lalu beliau mengirimkan sejumlah pasukan kepada Al-Haris.

Ketika Al-Haris dan teman-temannya sudah dekat dengan kota Madinah, mereka berpapasan dengan pasukan yang dikirim oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam itu. Pasukan tersebut melihat kedatangan Al-Haris dan mereka mengatakan, "Itu dia Al-Haris," lalu mereka mengepungnya. Setelah Al-Haris dan teman-temannya terkepung, ia bertanya, "Kepada siapakah kalian dikirim?" Mereka menjawab, "Kepadamu." Al-Haris bertanya, "Mengapa?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah mengutus Al-Walid ibnu Uqbah kepadamu, lalu ia memberitakan bahwa engkau menolak bayar zakat dan bahkan akan membunuhnya."

Al-Haris menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang telah mengutus Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam dengan membawa kebenaran, aku sama sekali tidak pernah melihatnya dan tidak pernah pula kedatangan dia." Ketika Al-Haris masuk menemui Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, beliau bertanya, "Apakah engkau menolak bayar zakat dan hendak membunuh utusanku?" Al-Haris menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku belum melihatnya dan tiada seorang utusan pun yang datang kepadaku. Dan tidaklah aku datang melainkan pada saat utusan engkau datang terlambat kepadaku, maka aku merasa takut bila hal ini membuat murka Allah dan Rasul-Nya." Al-Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat dalam surat Al-Hujurat ini, yaitu: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita. (Al-Hujurat: 6) sampai dengan firman-Nya: lagi Mahabijaksana. (Al-Hujurat: 8)

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini dari Al-Munzir ibnu Syazan At-Tammar, dari Muhammad ibnu Sabiq dengan sanad yang sama. Imam Tabrani telah meriwayatkannya pula melalui hadis Muhammad ibnu Sabiq dengan sanad yang sama, hanya di dalam riwayatnya disebutkan Al-Haris ibnu Siran, tetapi sebenarnya adalah Al-Haris ibnu Dirar, seperti yang disebutkan dalam riwayat di atas.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Sabit maula Ummu Salamah Radhiyallahu Anhu, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam pernah mengutus seorang lelaki untuk memungut zakat dari Banil Mustaliq sesudah mereka ditaklukkan dengan jalan perang. Maka kaum Banil Mustaliq mendengar berita tersebut, lalu mereka menyambut kedatangannya sebagai rasa hormat mereka kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Akan tetapi, setan membisikkan kepada utusan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bahwa mereka (orang-orang Banil Mustaliq itu) hendak membunuhnya. Maka lelaki itu kembali kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan berkata kepadanya, "Sesungguhnya orang-orang Banil Mustaliq tidak mau membayar zakatnya kepadaku." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan kaum muslim marah mendengar berita itu.

Orang-orang Banil Mustaliq mendengar kepulangan utusan tersebut, maka mereka datang menghadap kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan mereka membentuk saf bermakmum kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam saat beliau Shalallahu'alaihi Wasallam salat Lohor. Lalu mereka berkata, "Kami berlindung kepada Allah dari murka Allah dan murka Rasul-Nya, engkau telah mengutus seorang lelaki kepada kami sebagai penarik zakat. Maka kami merasa gembira dan senang dengan berita itu. Tetapi sesampainya di tengah jalan, dia kembali: maka kami merasa takut bila hal itu merupakan suatu kemurkaan dari Allah dan Rasul-Nya (terhadap kami)." Mereka masih terus berbicara dengan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam hingga datanglah Bilal Radhiyallahu Anhu, lalu mengumandang­kan azan salat Asar. Ummu Salamah Radhiyallahu Anhu melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al-Hujurat: 6)

Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu sehubungan dengan ayat ini. Disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengutus Al-Walid ibnu Uqbah ibnu Abu Mu'it kepada orang-orang Banil Mustaliq untuk memungut zakat dari mereka. Dan sesungguhnya mereka ketika mendengar berita itu merasa gembira, lalu mereka keluar hendak menyambut utusan dari Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam

Tetapi ketika Al-Walid melihat mereka, dalam hatinya ia mengira bahwa mereka hendak membunuhnya, lalu ia kembali kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Banil Mustaliq tidak mau membayar zakat." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam benar-benar marah mendengar laporan itu. Dan ketika kami sedang membicarakan perihal mereka, tiba-tiba datanglah delegasi mereka, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah mendapat berita bahwa utusanmu kembali lagi di tengah jalan, maka kami merasa khawatir bila hal yang mengembalikannya itu adalah surat darimu karena kemarahanmu kepada kami, dan sesungguhnya kami berlindung kepada Allah dari kemurkaan­Nya dan murka Rasul-Nya." Dan sesungguhnya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan kaum muslim telah mengurung mereka dan hampir saja menyerang mereka, tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan wahyu-Nya yang membela mereka, yaitu firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti. (Al-Hujurat: 6), hingga akhir ayat.

Mujahid dan Qatadah menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengirimkan Al-Walid ibnu Uqbah kepada Banil Mustaliq untuk mengambil harta zakat mereka. Lalu Banil Mustaliq menyambut kedatangannya dengan membawa zakat (yakni berupa ternak), tetapi Al-Walid kembali lagi dan melaporkan bahwa sesungguhnya Banil Mustaliq telah menghimpun kekuatan untuk memerangi Rasulullah. Menurut riwayat Qatadah, disebutkan bahwa selain itu mereka murtad dari Islam.

Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengirimkan Khalid ibnul Walid Radhiyallahu Anhu kepada mereka, tetapi beliau Shalallahu'alaihi Wasallam berpesan kepada Khalid agar meneliti dahulu kebenaran berita tersebut dan jangan cepat-cepat mengambil keputusan sebelum cukup buktinya. Khalid berangkat menuju ke tempat Banil Mustaliq, ia sampai di dekat tempat mereka di malam hari. Maka Khalid mengirimkan mata-matanya untuk melihat keadaan mereka; ketika mata-mata Khalid kembali kepadanya, mereka menceritakan kepadanya bahwa Banil Mustaliq masih berpegang teguh pada Islam, dan mereka mendengar suara azan di kalangan Banil Mustaliq serta suara salat mereka. Maka pada keesokan harinya Khalid Radhiyallahu Anhu mendatangai mereka dan melihat hal yang menakjubkan dirinya di kalangan mereka, lalu ia kembali kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan menceritakan semua apa yang disaksikannya, lalu tidak lama kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat ini.

Qatadah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

"التَّبيُّن مِنَ اللَّهِ، والعَجَلَة مِنَ الشَّيْطَانِ".

Hati-hati itu dari Allah dan terburu-buru itu dari setan.

Hal yang sama telah disebutkan bukan hanya oleh seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain Ibnu Abu Laila, Yazid ibnu Ruman, Ad-Dahhak, Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya. Mereka mengatakan sehubungan dengan ayat ini, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Walid ibnu Uqbah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ}

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. (Al-Hujurat: 7)

Yakni ketahuilah bahwa di antara kalian terdapat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Maka hormatilah dia, muliakanlah dia, bersopan santunlah kamu dalam menghadapinya, dan turutilah perintahnya. Karena sesungguhnya dia lebih mengetahui kemaslahatan kalian dan lebih sayang kepada kalian daripada diri kalian sendiri. Dan pendapatnya untuk kalian lebih sempurna daripada pendapat kalian untuk diri kalian sendiri. Hal yang senada disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya:

{النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ}

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri. (Al-Ahzab: 6)

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa pendapat mereka sia-sia bila ditinjau dari segi kemaslahatan mereka. Untuk itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الأمْرِ لَعَنِتُّمْ}

Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan. (Al-Hujurat: 7)

Yakni sekiranya dia menuruti kalian dalam semua apa yang kalian pilih, niscaya hal itu akan mengakibatkan kamu mengalami kesusahan dan merasa berdosa. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:

{وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ}

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka, tetapi mereka berpaling dari kebanggaan. (Al-Mu’minun: 71)

*******************

Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ}

tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu. (Al-Hujurat: 7)

Yaitu menjadikan iman itu dicintai oleh hati kalian dan memperindahnya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَسْعَدة، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "الْإِسْلَامُ عَلَانِيَةً، وَالْإِيمَانُ فِي الْقَلْبِ" قَالَ: ثُمَّ يُشِيرُ بِيَدِهِ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يَقُولُ: "التَّقْوَى هَاهُنَا، التَّقْوَى هَاهُنَا"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Ali ibnuMas'adah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Islam itu terang-terangan dan iman itu di dalam hati. Anas Radhiyallahu Anhu mengatakan bahwa kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam berisyarat ke arah dadanya sebanyak tiga kali, lalu bersabda: Takwa itu (letaknya) di sini, takwa itu (letaknya) di sini.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ}

serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. (Al-Hujurat: 7)

Yakni dan Allah menjadikan hatimu membenci kekafiran dan kefasikan yakni dosa-dosa besar, yang dimaksud dengan Al Isyan ialah semua perbuatan durhaka, ini merupakan kesempurnaan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang bertingkat-tingkat.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}

Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Al-Hujurat: 7)

Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat ini adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, Allah-lah yang telah menganugerahkan hal ini kepada mereka.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ أَيْمَنَ الْمَكِّيُّ، عَنِ ابْنِ رَفَاعَةَ الزُّرَقِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ وَانْكَفَأَ الْمُشْرِكُونَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اسْتَوُوا حَتَّى أُثْنِيَ عَلَى رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ" فَصَارُوا خَلْفَهُ صُفُوفًا، فَقَالَ: "اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ. اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ، وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ، وَلَا هَادِيَ لِمَنْ أَضْلَلْتَ، وَلَا مُضل لِمَنْ هَدَيْتَ. وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ. وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ، وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ. اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ. اللَّهُمَّ، إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمُ الْمُقِيمُ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ العَيْلَة، وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ. اللَّهُمَّ إِنَّى عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا، وَمِنْ شَرٍّ مَا مَنَعْتَنَا. اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ. اللَّهُمَّ، تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ، وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ، غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ. اللَّهُمَّ، قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ. اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ، إِلَهَ الْحَقِّ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Aiman Al-Makki, dari Abu Rifa'ah Az-Zurqi, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ketika terjadi Perang Uhud dan pasukan kaum musyrik telah pulang, maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Berbarislah dengan rapi karena aku akan memanjatkan doa kepada Tuhanku. Maka mereka berbaris membentuk saf-saf di belakang beliau, lalu beliau mengucapkan doa berikut: Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Ya Allah, tiada yang dapat menggenggam terhadap apa yang Engkau bukakan, dan tiada yang dapat membuka terhadap apa yang Engkau genggamkan; dan tiada yang dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang Engkau sesatkan, dan tiada yang dapat menyesatkan orang yang Engkau tunjuki; dan tiada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau cegah, dan tiada yang dapat mencegah terhadap apa yang Engkau beri; dan tiada yang dapat mendekatkan apa yang Engkau jauhkan, dan tiada yang dapat menjauhkan apa yang Engkau dekatkan. Ya Allah, limpahkanlah kepada kami berkah, rahmat, karunia, dan rezeki-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau nikmat yang kekal yang tidak berpindah dan tidak pula lenyap. Ya Allah, aku memohon nikmat kepada Engkau di hari yang sulit, dan keamanan di hari yang menakutkan. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari keburukan apa yang telah Engkau berikan kepada kami dan dari keburukan apa yang Engkau cegah dari kami. Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada keimanan dan jadikanlah iman itu indah dalam hati kami; dan jadikanlah kami benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan; dan jadikanlah kami orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Ya Allah, wafatkanlah kami sebagai orang-orang muslim, dan hidupkan­lah kami sebagai orang-orang muslim, dan himpunkanlah aku dengan orang-orang yang saleh agar tidak kecewa dan tidak pula terfitnah. Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang mendustakan rasul-rasul-Mu dan mencegah manusia dari jalan­Mu, dan jadikanlah siksaan dan azab-Mu atas mereka. Ya Allah, Tuhan Yang Hak, perangilah orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab.

Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab Al-Yaum WalLailah, dari Ziad ibnu Ayyub, dari Marwan ibnu Mu'awiyah, dari Abdul Wahid ibnu Aiman, dari Ubaid ibnu Rifa'ah, dari ayahnya dengan sanad yang sama.

Di dalam hadis yang marfu' disebutkan:

"مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ، وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ"

Barang siapa yang gembira karena kebaikannya dan susah karena keburukannya, maka dia adalah orang mukmin.

*******************

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً}

sebagai karunia dan nikmat dari Allah. (Al-Hujurat: 8)

Yakni pemberian yang telah diberikan kepada kalian ini merupakan karunia dan nikmat dari-Nya.

{وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ}

Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Hujurat: 8)

Yaitu Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan, lagi Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya.
Load disqus comments

0 komentar