Di tengah gempita dunia atas kematian Alan Kurdi dan 12 anak pengungsi Syria, Israel membakar hidup-hidup 1 keluarga Palestina di Tepi Barat. Abbas, pemangku kekuasaan malah memilih menangkapi pengunjuk rasa dan melarang segala aksi perlawanan di Tepi Barat. Sikap yang tak ada bedanya saat seorang menteri Palestina dipukul hingga mati oleh rezim Israel.
Mahmud Abbas lebih memikirkan masa depan hidupnya, seakan ia akan hidup 100 tahun lagi. Abbas cemas, ia tak lagi diperlakukan VIP oleh penjajah Israel. Dimana ia bebas berkeliling dunia dan menikmati fasilitas hotel berbintang, bersama keluarga dan cucunya tercinta. Gaya bahasa Abbas selalu tendensius jika berkaitan soal Gaza, intifadhah, AlQuds, pengungsi, dan masa depan AlAqsha. Belum, saat wawancara pers, lama ia terusik, “Apa urusan saya dengan AlAqsha?”
Lain halnya dengan Khalid Misy’al. Pemimpin HAMAS itu tetap santun dan menjauhi bahasa yang menegasikan peran Abbas dan PLO (FATAH). Misy’al yang selamat dari upaya pembunuhan oleh Mossad di Jordania tahun 1997 ini, mengetuk hati seluruh elemen Palestina untuk bersatu. Misy’al sadar, dengan kudeta di Mesir, kehadiran ISIS, perang di Yaman dan Syiria, posisi Palestina terhimpit.
Komandan Divisi Selatan militer Israel mengancam. Pilihan bagi HAMAS ada 3:
1. Perang. Kini Israel sangat percaya diri mampu mengalahkan HAMAS, seiring militer Mesir yang tak akan lama lagi menyelesaikan galian air laut yang akan merendam terowongan-terowongan Gaza, bungker ampuh selama perang 2014 kemarin. Jika terjadi perang, Gaza praktis tidak memiliki alur evakuasi.
2. Mau berbagi dengan FATAH. Jika ini pilihannya. Maka Gaza tak jauh beda dengan Tepi Barat. Semua dikendalikan Israel. Ini berarti, tak ada tanah yang tersisa lagi kecuali dikuasai Israel.
3. Menyerah kalah. Satu hal yang mustahil bagi HAMAS. Sebab seperti dikatakan Levni, “Israel tak memiliki cara membuat HAMAS takluk. Godaan harta, tahta, dan sex sama sekali tak mempan.” Malah untuk melemahkan HAMAS, Israel meminta Paman Sam untuk memasukkan 3 komandan gugus tempur HAMAS sebagai teroris.
HAMAS tak punya pilihan selain perlawanan dengan segala cara hingga titik darah terakhir. Bagi HAMAS, pengkhianatan saudara setanah air, saudara sebangsa Arab dan saudara seagama, tak menciutkan semangat. Sebab pejuang HAMAS lahir dari rahim tarbiyah jihadiyyah: mati di jalan Allah, cita kami tertinggi.
Sumber : Islamedia.id
Kamis, 10 September 2015
Load disqus comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Youtube Video
Sering Dibaca
-
Merekrut manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah yang mahal. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya mela...
-
Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah, hari Jum’at tanggal 10 Shafar tahun 99 Hijriyah, menggantika...
-
Di ujung tahun 2014 bencana alam bertubi-tubi datangnya. Sinabung belum beres, Gamalama meledak. Ada juga bencana longsor di Karangkobar-Ban...
-
Sebagian orang malas membaca Al Quran padahal di dalam terdapat petunjuk untuk hidup di dunia. Sebagian orang merasa tidak punya wakt...
-
Kemenangan adalah pertolongan Allah. Bagi dakwah, tiada kemenangan kecuali dengan pertolongan Allah. Kemenangan dan pertolongan Allah ibara...
-
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Ustadz, bagaimana sebenarnya hukum mengumandangkan adzan dan iqamah bagi bayi yang baru lahir? B...
-
Ikhwah dan akhwat fillah, saat ini gerakan dakwah kita memiliki rakizah siyasiah , yakni stressing atau titik tekan pada bidang poli...
-
Puluhan kader dan simpatisan semangat mengikuti Kampanye Kreatif PKS yang diadakan oleh Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPD PKS T...
-
Dalam riwayat Imam Bukhari diceritakan, pada suatu hari iblis diperintahkan oleh Allah SWT untuk bertemu dan menjawab setiap pertanyaan Rasu...
-
Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du. Muqaddimah Allah berfirman, “Dan berapa banyak Nabi yan...
0 komentar