Minggu, 14 April 2013

Bergerilya di Ranah Media




The strategy and tactics of guerrilla warfare tend to involve the use of a small, mobile force against a large, unwieldy one
Vietnam vs AS -> 1-0
Vietnam sukses memberikan perlawanan kepada AS. Tidak sedikit sejarawan yang mengatakan perang vietnam adalah kemenangan bagi laskar Vietcong dan kekalahan bagi militer AS - bahkan terbesar dalam sejarah peperangan mereka. Catatan penting bagi kemenangan itu adalah pasukan Vietcong sukses menerapkan strategi perang gerilya yang mereka pelajari dari buku Fundamentals of Guerilla Warfare (Pokok-pokok Perang Gerilya), karangan Jendral AH. Nasution.
Vietnam memang tidak punya pilihan lain. Selain jumlah personil yang terbatas, minim dan sederhananya peralatan tempur membuat mereka tidak mungkin ‘head to head‘ dalam menghadapi kekuatan raksasa militer AS dan sekutu-sekutunya yang baru saja memenangkan Perang Dunia 2. Dengan memanfaatkan penguasaan atas kondisi demografi dan geografi Vietcong melakukan gerilya, membuat tentara AS seperti menghadapi pasukan hantu.
Keluar masuk hutan; menyergap di malam hari; menyamar menjadi rakyat biasa; melukai bukan membunuh (strategi 1-3, lukai 1 orang, 2 orang akan menjadi sibuk untuk mengusung). Serangan melalui kelompok-kelompok kecil terus menerus dilakukan dan terorganisir dengan rapi. Militer AS dilanda jenuh, frustasi, demoralisasi dan tidak berhasrat melanjutkan pertempuran.
Carrefour vs Indomaret -> 1-1
Sekitar 6 atau 7 tahun yang lalu, pemain-pemain bisnis retail dikejutkan dengan kehadiran Carrefour yang merampok pasar mereka dan menyebabkan kegoncangan usaha. Yuki, Macan, Makro, Hero yang terlihat sangat mapan harus gulung tikar karenacustomer mereka beralih ke Carrefour yang hadir menawarkan konsep bisnis retail ‘RAKSASA’. Lengkap, BESAR dan murah.
Carrefour sukses mencaplok pasar retail yang beragam. Tua, muda, kaya, menengah,Unsegmented. Berbagai cara coba dilakukan; rebranding-repositioning; tetapi pemain-pemain lama hanya bisa gigit jari, menyaksikan kasir-kasir mereka semakin sepi dan akhirnya harus ditutup. Perang ‘head to head‘ dengan Carrefour berarti mati.
Sampai kemudian hadirlah Indomaret…
Indomaret nampaknya paham betul, bahwa perang melawan Carrefour ibarat perang Vietnam. David dan Goliath. Maka menghadapi raksasa ini tidak bisa perang tanding satu lawan satu. Maka Indomaret melakukan perang gerilya. Mereka menciptakan puluhan, ratusan bahkan ribuan gerai Indomaret kecil. Ya.. kecil, 2 atau 3 ruko, disulap menjadi 1 gerai Indomaret. Tetapi ada dimana-mana. Dikendalikan dan diorganisir dengan ketat dan rapi. Hasilnya… gerai-gerai kecil Indomaret sukses mengimbangi raksasa Carrefour dan masih bertahan hingga kini. Skor masih remis.
Strategi media PKS (PKS vs …. -> .. - ..)
PKS nampaknya cukup jeli melihat situasi. Menilik 2 contoh di atas, PKS sadar; di satu sisi melawan raksasa media semacam TV One, Metro TV, MNC Group, Trans Corp + detik.com tidak mungkin ‘head to head‘ karena mereka akan kalah, di sisi lain PKS butuh media untuk memberitakan aksi-aksinya atau mengcounter berita negatif dari media lain. Apa yang dilakukan PKS?
Ya… PKS melakukan Perang Gerilya Media.
PKS punya kader-kader muda yang cukup melek teknologi karena secara usia memang mereka besar di era ini. Mereka hidupkan media-media online atas nama PKS baik itu level Pusat, Wilayah sampai Kecamatan. Yang paling dikenal adalah pkspiyungan.org, pks.or.id, pkssumut.or.id, dan ratusan situs-situs PKS lainnya. Belum lagi media-media islam yang terlihat pro PKS seperti dakwatuna.com, islamedia.web.id, dan masih banyak situs-situs bertema umum yang punya pengunjung/pembaca cukup banyak. Seperti piyungan.org yang menampilkan jumlah viewernya yang mencapai 18jt dan terus bergerak setiap hari.
Serbuan situs-situs kecil ini ibarat serbuan Vietcong kepada tentara AS atau Indomaret kepada Carrefour. Banyak tapi kecil-kecil, membingungkan, cukup survival.
Belum lagi sebagaimana dikatakan Fahri Hamzah di acara Mata Najwa (Metro TV, 10/04/2013), sebanyak 500ribu kader PKS di minta buat akun di sosial media, baik itu facebook maupun twitter. Sehingga penyebaran informasi bisa sangat massif. Pidato Presiden PKS Anis Matta di Medan, misalnya langsung diposting di tiap-tiap situs PKS, lalu disebar oleh akun-akun kader mereka. Jika 10% saja dari kader PKS punya friend atau follower sebanyak 4000, maka akan ada potensi penyebaran informasi ke 200jt akun. Tidak ada media besar yang bisa diandalkan PKS, tetapi dengan metodeguerilla warfare atau ‘keroyokan’ begini, PKS cukup sukses melakukan penyebaran informasi atau counter opini atas media-media besar.
Contoh ketika Tempo memberitakan dugaan korupsi Aher terhadap dana Bank Jabar, tim sosial media PKS rame-rame memberitakan puluhan prestasi Aher. Contoh lain ketika ada isu LHI mengirim SMS dari penjara, kader PKS dengan cepat melakukan klarifikasi melalui twitter, diberitakan oleh situs-situs online PKS dan disebar oleh seluruh kader.
Memang, belum ada riset resmi untuk mengkaji hal ini. Tetapi paling tidak, para kader dan simpatisan PKS cukup well informed terkait dengan perkembangan PKS dengan hanya mengandalkan situs-situs di bawah kendali mereka. Dan selanjutnya mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat atas isu-isu yang berkembang.
Ini agak sulit ditiru oleh Partai lain. Selain karena basis dukungan bukan melalui kader, partai lain umumnya di dominasi oleh kader yang tidak lagi muda. Dan sudah tidak terlalu menikmati riuhnya dunia sosial media.
Lalu akan menjadi berapakah skornya dalam pertempuran ini?
Well, mari kita nantikan.


Load disqus comments

0 komentar