Senin, 11 Maret 2013

PKS adalah Ancaman

Sejak dideklarasikan pada tanggal 20 April 1998 dengan nama Partai Keadilan (PK), saat ini Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai Islam terbesar. Tidak hanya jumlah kadernya yang meningkat secara eksponensial semenjak didirikan, tetapi dibanding partai (berbasis) Islam lainnya, PKS memang mewakili ideologi Islamis yang moderat sekaligus nasionalis. Pemahaman Islam yang dipelajari, dipahami dan diterapkan oleh para pemimpin dan kader PKS, dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat Nusantara, bahkan oleh non-muslim sekalipun. Adapun spirit yang melandasi kerja-kerja kenegaraan mereka melalui jargon BERSIH, PEDULI dan PROFESIONAL, dianggap sebagai solusi dari permasalahan bangsa dan isu-isu sentral saat sekarang seperti korupsi, kesenjangan sosial, manajemen dan tata kelola Negara, dll. Karena itu, amat diyakini bahwa kebesaran PKS hanya persoalan waktu saja. Beberapa kader dan calon yang diusung PKS dibeberapa daerah dalam Pemilukada, telah membuktikan hal ini. Di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Barat (paling mutakhir) adalah sampel daerah majemuk yang telah dimenangi PKS, termasuk (sebenarnya) DKI Jakarta. Fakta tentang (kebesaran) PKS ini, sudah barang tentu menjadi ancaman bagi partai-partai lain, baik yang mengusung ideologi nasionalis-sekuler maupun partai bentukan kaum pragmatis.
Mengapa PKS dianggap ancaman?? Paling tidak ada 3 alasan menurut taksiran saya seperti berikut.
Pertama, Soliditas Kader
Kalau kita jernih dan seksama mengamati, maka kita akan sepakat bahwa saat ini, soliditas kader PKS adalah yang paling teruji. Bukan hanya dugaan kasus suap atas mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, namun berbagai cobaan, fitnah dan makar telah dialami PKS, terutama yang menimpa kader-kader mereka di etalase DPR RI/Daerah dan pemerintahan. Meski kasus LHI adalah yang paling menohok, tetapi kekokohan kader dan kesetiaan mereka pada pimpinan tetap bergeming. Bahkan pergantian pucuk pimpinan yang dilaksanakan dalam tempo sesingkat-singkatnya, nyaris tak terdengar satu-dua penentangan pun, baik dari anggota majelis tinggi/syuro, maupun dari kepengurusan diwilayah-wilayah. Mungkin inilah satu-satunya tontonan yang layak dijadikan tuntunan, lebih khusus kepada partai atau gerombolan apapun yang ingin membangun kekuatan organisasinya.
Kita tidak tahu (atau tahunya cuma sedikit), bagaimana PKS membangun diri pribadi dan soliditas kader-kadernya. Dalam program kerja mereka, terutama terkait dengan rekrutmen kader, ada beberapa tahap dan tingkatan yang mesti dilalui. Program ini secara formal, cukup berhasil menjebak orang-orang yang termotivasi belajar Islam dan kemudian melebur dalam celupan PKS. Karena itu, kita dengan kasat mata dapat membedakan mana kader, simpatisan ataupun penumpang gelap,hingga yang mengaku-aku kader PKS [meminjam istilah teman saya, dari janggutnya pun sudah kelihatan, mana yang kader PKS]. Selain program keislaman secara individu, kader-kader PKS juga sepertinya ada program bersama yang dirancang sedemikian sehingga mereka amat saling mengenal hingga saling membantu. Coba saja kita perhatikan komentar-komentar mereka di media sosial, begitu ada satu orang yang memberi komen, waah, langsung ditimpali berkali-kali dengan komen sejenis dari yang lainnya. Nah, bagi partai atau gerombolan lain, mungkin perlu mencuri CELUPAN ini, agar kader atau anggotanya punya jati diri dan identitas khas, sehingga mudah untuk saling mengenal dan mengokohkan soliditas. Kalau tidak, anda hanya akan terlindas kereta PKS.
Pimpinan PKS sangat menyadari betapa kader dan soliditasnya merupakan asset paling berharga, sekaligus adalah mesin partai. Kader yang berkualitas ibarat mercusuar yang menyinari ruang kegelapan serta corong penerangan partai ditengah masyarakat. Sementara soliditas laksana ruh dan darah yang membuat mesin partai itu hidup, bergerak dan terkendali. Saya merasa, hal inilah yang menyebabkan Presiden PKS yang baru, ANIS MATTA, kala kasus LHI, sedemikian mengambil momen ditengah sorotan berbagai media massa (khususnya elektronik) dengan amat cerdik (kalau tidak jenius), untuk langsung melakukan konsolidasi internal. Anis Matta tidak perlu melakukan safari guna menjaga darah kader PKS tetap mengalir atau mesin partai tetap hidup [dalam kasus ini, sepertinya media kecolongan]. Buktinya, kita bisa melihat fakta-fakta vice versa hingga kini. PKS bukannya oleng dan jatuh, melainkan tetap berdiri dan malah ekspansi. Saya kembali menyarankan supaya partai atau gerombolan lain agar selalu menjaga loyalitas dan dedikasi kadernya, agar mesinnya tetap hidup. Kalau tidak, anda akan ketinggalan dan hanya termangu melihat mobil PKS melaju, syukur-syukur mereka tidak melompat dari partai anda dan lalu menumpang diburitan PKS. Bisa juga, kalau cukup gentle, cukup bertanya ke Anis Matta; “bagaimana anda menjaga soliditas kader PKS?” Maka, menurut saya, paling-paling Anis Matta akan menjawab; “janjikan saja mereka dengan surga, bukan harta, tahta, wanita, apalagi kacamata”.
Demikian satu dari TIGA alasan berdasarkan kekurang-jelian saya mengamati perilaku PKS.

Wallahu a’lam bis-shawwab.

Sumber:http://m.kompasiana.com/post/politik/2013/03/02/pks-adalah-ancaman/

Published with Blogger-droid v2.0.10
Load disqus comments

0 komentar