Jumat, 15 Februari 2013

Golkar tak Bersih Tetap Disukai, PD-PKS Korup Dibenci

JAKARTA – Pengamat politik UIN Syarif
Hidayatullah, Burhanuddin Muhtadi,
mengatakan masyarakat makin tak peduli
terhadap isu korupsi. Bahkan, masyakarat
tak peduli terhadap perilaku partai politik
yang korup. Hal ini tergambar dalam
berbagai survei akhir-akhir ini.
“Baca survei-survei hari ini yang paling
tinggi pilihan koresponden adalah Partai
Golkar, sementara partai tersebut tidak
bersih dari korupsi," kata Burhanuddin
Muhtadi, dalam diskusi ‘Bersih-Bersih
Parpol’ di press room DPR, Senayan Jakarta,
Kamis (14/2).
Banyaknya masyarakat yang memilih
Golkar, menurut Burhan, menjadi bukti
bahwa masyarakat ternyata tidak
memberikan sanksi apa-apa terhadap partai
politik yang korup.
Dia jelaskan, sikap yang diberikan
masyarakat kepada Golkar berbeda dalam
merespon Partai Demokrat dan PKS yang
kadernya sama-sama terjerat korupsi.
"Jika partai lama seperti Golkar kadernya
terkena kasus korupsi, dianggap wajar.
Tingkat toleransi masyarakat, tidak setinggi
terhadap dua partai baik Demokrat maupun
PKS," ungkapnya.
Demokrat yang berkoar-koar antikorupsi
tahun 2009, sekali korupsi, hukuman
masyarakat lebih pedih ketimbang korupsi
yang dilakukan kader partai lain. Burhan
mengatakan kondisi demikian dikhawatirkan
membuat Indonesia lama-kelamaan tidak
memiliki role model partai yang bersih
korupsi.
Lebih lanjut dia menantang, jika Demokrat
maupun PKS serta partai-partai lain mampu
menjadi inisiator untuk membersihkan
partai secara kontinu, maka masyarakat
tentunya dapat memelihara harapan
tentang partai bersih.
“Buka rumah tangganya, dapat darimana,
pengeluaran untuk apa, dan rekrutmen
entah pilkada, pileg secara transparan
dengan ukuran yang bisa diukur dengan
akal sehat,” tegasnya.
Sistem kepartaian sarannya, harus
diperbaiki khususnya pendanaan parpol.
Sebab, dengan sistem yang sekarang maka
partai akan tetap terjebak pada politik
transaksional dan tergantung kekuatan
modal.
Kondisi itu menyebabkan tokoh partai yang
bersih akan tersingkir karena tak memiliki
modal dan yang tampil hanya orang
bermasalah.
“Selama tergantung pada kekuatan uang,
maka karir politik seseorang akan
ditentukan besar-kecilnya dana atau nutrisi
yang masuk ke parpol, sehingga nantinya
parpol bisa menjadi monster dan lonceng
kematian bagi parpol dan demokrasi itu
sendiri,” kata Burhan.
Agar iklim partai dan politik jadi lebih sehat
maka sistemnya harus diperbaiki. Dia
menyontohkan saat ini 70 persen anggota
DPR berlatar pengusaha yang secara
finansial mampu membuat iklan di media,
pasang baliho, bendera, stiker, dan alat
kampanye politik lainnya di masyarakat.
(fas/jpnn)

www.jpnn.com/read/2013/02/14/158466/Golkar-tak-Bersih-Tetap-Disukai,-PD-PKS-Korup-Dibenci-

Load disqus comments

0 komentar