Kamis, 18 Juni 2015

Mencari-cari-cari-cari-cari-cari Indonesia

Baiknya kita mulai dari awal. Berbincang lagi sejak masa sebelum kemerdekaan, merenda arah yang pernah digagas generasi terdahulu. Menengok berbagai potensi asli bangsa Indonesia sejak sebelum kemerdekaannya, untuk kita bawa ke dalam alam kekinian. Namun sayang, usaha inipun tidak berjalan mulus, karena, “Satu-satunya negara yang tidak mengajarkan sastranya sendiri kepada anak sekolah ialah Indonesia. Sastra dimasukan ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia”, ungkap Max Lane.
Semestinya kita kembali belajar sejarah, dan mencoba bertanya kepada para pelaku sejarah, bagaimana pikiran generasi terdahulu mengenai arah Indonesia. Sayang, usaha inipun buntu, karena, “Pelajaran sejarah di Indonesia hanya berisi judul buku, tahun terbitan dan penerbit buku, tanggal dan tahun kejadian. Tidak ada upaya mencari makna di balik itu”, tulis Max Lane.
Jadi kita berhenti saja di sini. Pada bulan Ramadhan 1432 H, tanggal 17, bertepatan pula dengan 17 Agustus 2011. Enampuluh enam tahun atau enampuluh delapan tahun lalu, kita berdiri sebagai bangsa, berbangga di hadapan dunia. Dengan lantang kita mengatakan “Merdeka”. Kini, kata apa lagi yang akan kita teriakkan dengan lantang kepada dunia ? Kata apa yang menyatukan bangsa kita ?
“Bagaimanapun, kami mencintai Indonesia !”
Hanya itukah kalimat yang mampu kita kumandangkan kepada dunia dengan bangga?
Bukan hanya itu.
Tentu bukan hanya itu.
Ada berjuta alasan kita mencintai dan menjaga Indonesia.

Sumber: fb Cahyadi Takariawan


Load disqus comments

0 komentar