Rabu, 12 Maret 2014

Deslaknyo, Belum Lulus IPB Sudah Jadi Manager

Deslaknyo Wisnu Hanjagi, S.KPm, Alumni Program Akselerasi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB memberikan testimoninya dalam Silaturahim Nasional Bidikmisi Tahun 2014 bertajuk ‘Kebangkitan Kaum Dhuafa”. Kegiatan ini diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Acara ini dihadiri sekitar 1200 orang . Acara tersebut dilaksanakan bersamaan dengan peluncuran pemberian beasiswa dari presiden (Presidential Scholarship).

Dalam kesempatan itu, Deslaknyo menyampaikan terima kasihnya kepada presiden, pemerintah dan rakyat Indonesia. Deslaknyo juga bercerita tentang jejak hidup dan perjuangan sewaktu kuliah di IPB. “Orang tua saya hanya buruh tani. Ibu saya setiap hari paling mendapatkan upah 10 hingga 20 ribu rupiah. Alhamdulillah, semasa saya sekolah selalu pendapatkan beasiswa prestasi dari sekolah, meski saat itu saya masuk di SMAN 1 Temanggung, SMA RSBI satu-satunya di Temanggung, masuk di kelas unggulan, dan diharuskan membayar SPP yang mahal. Saya nekat mendaftar ke IPB.”

Dengan uang hasil bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket di Temanggung, ia berangkat ke IPB. IPB telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik dan mengajarkan kepadanya untuk cepat beradaptasi menjawab tantangan hidup. Selama di IPB, ia belajar untuk mengatur kehidupannya. Selain belajar, Desaklnyo aktif di berbagai organisasi. Selain itu, ia juga bekerja menjadi Event Organizer (EO) dan apapun pekerjaan ia lakoni seperti menjadi asisten dosen di beberapa mata kuliah sekaligus dan lain-lain. Banyak adik kelasnya bertanya, kok bisa mengatur waktu? Ia hanya menjawab, “Saya berusaha mengurangi waktu tidur saya. Mungkin teman-teman satu rumah saya tidak mengetahui jika saya sering sekali bangun malam dari pukul 1 hingga 4, meski di kelas juga dijuluki sebagai tukang tidur. Namun itu adalah cara belajar saya. Saya membaca materi kuliah sekilas ketika di awal dosen menjelaskan. Saya mengatur posisi terileks ketika kuliah, sedikit mengantuk, dan di sana saya dapat belajar dan mendengarkan dosen dengan efektif,” papar Deslaknyo.

Deslaknyo juga menjadi mahasiswa Bidikmisi yang lulus dengan predikat cumlaude (menjadi lulusan pertama Bidikmisi IPB) dan langsung bekerja. “Sebelum sidang saya sudah mendapatkan tawaran bekerja di empat instansi. Alhamdulillah, sebelum lulus, saya sudah bekerja sebagai Manager of Research and Data Analysis Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI), sebuah NGO yang bergerak untuk membawa teknologi ke masyarakat. Sembari mempersiapkan diri untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Saya tetap ingin mengejar cita-cita masa kecil saya, yaitu menjadi seorang guru.

Kelak ketika saya telah menduduki posisi tinggi di manapun saya bekerja baik di perusahaan maupun di instansi pemerintahan, saya akan tetap mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik baik guru maupun dosen,” ujar Deslaknyo.

Pesan Deslaknyo, mahasiswa Bidikmisi hendaknya dapat terus berkarya, meski berada di tengah-tengah ketidakmapanan. “Kita harus menjadikan kekurangan ini sebagai semangat untuk berubah menjadi lebih baik. Mahasiswa Bidikmisi adalah mahasiswa yang luar biasa. Kelak, ketika kita sudah mampu berdiri di kaki sendiri, giliran kita yang akan mengasuh generasi masa depan untuk mewujudkan Indonesia Madani. Jangan pernah minder dan tetap berusaha menjadi sosok yang peduli terhadap keadaan orang-orang di sekitar kita. Bersedekahlah meski kita termasuk orang yang tidak mampu secara ekonomi, namun ini akan menjadi nilai tambah sendiri yang diberikan Allah pada kita.” (RF)

Sumber : djumali mangunwidjaja [email protected] melalui milis [email protected]


Posted via Blogaway
Load disqus comments

0 komentar