Kamis, 02 Januari 2014

DPR Kritik Operasi Terduga Teroris di Ciputat


Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengkritik operasi penyergapan kelompok teroris di Ciputat dan meminta Polri menjelaskan penembakan yang menyebabkan enam terduga teroris meninggal dunia.
“Publik perlu tahu modusnya. Polri harus menjelaskan kenapa mereka dibunuh semua. Ataukah ini hanya trik saja karena Presiden SBY pernah menyatakan bahwa akhir tahun dan menjelang pemilu akan banyak konflik,” katanya di Jakarta, Kamis (2/1/2014).
Ia mengatakan, seharusnya polisi menangkap hidup-hidup para terduga teroris untuk penyelidikan dan pengungkapan kelompok-kelompok teroris.
Hasanuddin juga menyebut polisi tidak menggunakan cara yang efesien dan efektif dalam menyergap terduga teroris.
“Dalam finishing eksekusi perlu dipertanyakan masyarakat, mengapa pengepungan itu bisa lama sampai 13 jam. Kan teknis penyergapan sudah modern, misalnya pakai gas air mata, alat deteksi robot, atau dengan alat lain. Artinya, Polri itu bisa menangkap hidup-hidup, tidak semua mati,” katanya, dilansir Antara.
“Kalau mau tembak semua, hancurkan saja semua ditempat. Tidak perlu butuh waktu lama hingga 13 jam, cukup 5 jam saja,” kata mantan perwira tinggi TNI Angkatan Darat itu.
Ketua MPR Sidarto Danusubroto juga mengritisi penggrebekan terduga teroris di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (31/12) oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri yang menembak mati 6 terduga teroris.
“Semestinya ada cara-cara untuk lebih cerdas dari polisi untuk meminimalisir korban,” kata Sidarto Danusubroto di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (2/1/2014).
Meski demikian, dia menyatakan, pihak Densus 88 tentu berada pada posisi dilematis.
“Ini operasi dengan korban 6 orang perlu dikaji pimpinan. Memang di satu pihak itu dilematis, itu orang-orang yang menurut mereka lebih baik mati dari pada menyerah,” ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini, dilansir laman Investor Daily.*

Load disqus comments

0 komentar