Kamis, 25 Juni 2015

Uang Menyesuaikan dengan Kondisi Psikologis Anda

Kondisi psikologis karyawan saat ini membuat mereka bukan lagi membutuhkan motivasi management skill. Soal itu, mereka bisa mencarinya sendiri. Sejak zaman Internet, karyawan sudah well informed. Sudah tahu segala macam tools manajemen dengan menggunakan jari-jarinya. 

Banyak karyawan yang mendapat tekanan target atau tekanan lain dari atasannya, hingga membuat motivasi karyawan drop. Seorang teman, mencurahkan isi hatinya.

"Pak, saya sekarang takut banget, kondisi perusahaan jatuh sedangkan cicilan saya KPR masih Rp8 juta per bulan."

Nah, betul kan, beban psikologis karyawan kebanyakan karena uang. Kondisi keuangan.

Secara uang, kondisi umum masyarakat tergolong pada 4 tingkat kondisi:

1. Sikap kebanyakan orang Indonesia secara psikologis adalah "pasrah". Pasrah seperti apa? Gambarannya begini: Anda membawa uang Rp20.000, lalu berangkat kerja. Bensin di motor pas-pasan. Sampai di kantor Anda ditegur atasan. Sementara pikiran Anda tertuju ke kantong Anda, yang tinggal terisi uang Rp10.000. Kalau dipakai jajan, wah bisa jadi pulang nanti motor mogok di jalan. Dalam situasi seperti ini, Anda akan menghadapi hal yang paling sulit, yaitu sulit diajak berpikir dan sulit diajak capek untuk angkat-angkat barang. Jika Anda mengalami kondisi psikologis seperti ini, value  Anda nol. Zero!

2. Kondisi persaingan kadang mendorong kita kita terus berjuang. Namun seringkali itu juga membuat kita merasa dipaksa. Harus begini harus begitu. Akhirnya kebanyakan orang mencari "release". 

Ada yang mencari pelarian dengan merokok, ada yang ke panti pijat, atau menenggak alkohol. Sebanyak 70% orang menggunakan dorongan adrenaline untuk menghadapi problem kehidupan. Efeknya muncul rasa cemas, seperti berada di atas roller coaster. Kondisi psikologis ini banyak dihadapi oleh rata-rata masyarakat umum.

3.Ada cerita ayah menghamili anak tirinya. Ada laki-laki yang melakukanharassment terhadap teman perempuannya. Dorongan adrenaline kerap menimbulkan sikap agresif dan sekaligus nervous. Kondisi ini sering diciptakan oleh atasan. Akibatnya karyawan di kantor stress dan kehilangan makna tentang "hakekat uang".

"Uang? Aduhhhhh jangan bahas uang deh. Cerewet banget kayak istri saya saja, tiap hari menanyakan uang tambahan."

Hahahaha, ya begitulah kita cenderung untuk bersikap seperti pinball, pokoknya bola ditendang. Entah ke mana. Pokoknya bukan salah saya. Kondisi psikologis ini secara uang value-nya 4. Ini cukup rendah untuk bisa mengidentifikasi "Where is the money".

Meminjam judul lagu Lady Gaga "I'm on the edge". Ini cukup menggambarkan kecenderungan masyarakat umum adalah ingin secepatnya mendapatkan uang. Boro-boro mau mempelajari pertandingan, kalau bisa sebagai penonton ikut merebut bola dan menendang bola ke gawang lawan. Goal. Saat itu kita berpikir, Lama banget sih pertandingannya, gak gool-gool juga aaah.

4. Kondisi-kondisi psikologis seperti di atas menghambat tumbuhnya ide untuk memikirkan uang. Ini karena sejatinya uang setara dengan leadership. Seorang leader harus dipercaya. Mengapa harus dipercaya? Seorang leader dipercaya karena mengerti kehendak orang lain. Jadi dasar utamanya adalah kekuasaan dan uang tergantung pada kehendak orang lain atau OPI other people interest.

Untuk itu, daripada Anda bersikap seperti orang kepepet lantas menggondol bola untuk ditendang sendiri. Cobalah melihat pertandingan dan fokus pada pemain. Bukan fokus pada kondisi psikologis diri Anda.

Penulis:
Goenardjoadi Goenawan
Penulis 10 buku buku manajemen
Trainer dan konsultan mengenai membuka paradigma baru tentang uang
goenardjoadi @ gmail.com

Sumber: www.bisnis.com


Load disqus comments

0 komentar